BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
. Sebagai teori kepribadian, TA menggambarkan bagaimana orang-orang yang terstruktur psikologis. Ia menggunakan apa yang mungkin modelnya yang paling terkenal, ego-negara (Parent-Adult-Anak) model untuk melakukan hal ini (kita akan membahas tiga negara ego kemudian dalam makalah ini). Model yang sama membantu menjelaskan bagaimana orang fungsi dan mengekspresikan kepribadian mereka dalam perilaku mereka. Ini adalah teori komunikasi yang dapat diperluas untuk analisis system dan organisasi.
Ia menawarkan teori untuk perkembangan anak, dengan menjelaskan bagaimana kita dewasa pola hidup berasal dari masa kanak-kanak. Penjelasan ini didasarkan pada gagasan tentang “Hidup Script” : asumsi bahwa kami terus strategi masa kanak-kanak kembali bermain, bahkan ketika hasil ini dslsm sakit atau kelelahan.
Dalam aplikasi praktis, dapat digunakan dalam diagnosa dan perawatan berbagai jenis gangguan psikologis, dan menyiapkan sebuah metode terapi untuk perorangan, pasangan, kelompok, dan keluarga. Luar bidang terapi, telah digunakan dalam bidang pendidikan untuk membantu guru tetap berkomunikasi yang jelas pada tingkat yang tepat, dalam konseling dan konsultasi, dalam pelatihan manajemen dan komunikasi dan oleh badan-badan lain.
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimarna konsep – konsep utama dari Teori Konseling Analisis Transaksional ?
2. Bagaimana proses Terapeutik dari Teori Konseling Analisis Transaksional ?
3. Bagaimana Teknik – teknik dan prosedur – prosedur terapeutik dari Teori Konseling Analisis Transaksional ?
1.3 Tujuan Penulisan
1) Agar pembaca dan penulis dapat mengetahui konsep-konsep dari teori analisis transaksional.
2) Agar pembaca dan penulis mengetahui proses terapeutik dari teori konseling analisis transaksional.
3) Agar pembaca dan penulis dapat mengetahui teknik – teknik dan prosedur – prosedur dari teori konseling analisis transaksional
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep – konsep Utama dari Teori Analisis Transaksional
Analisis transaksional (AT ) awalnya dikembangkan oleh almarhum Eric Berne (1961), yang dilatih sebagai psikoanalis Freud dan psikiater. AT berevolusi dari Berne ketidakpuasan dengan lambatnya psikoanalisis dalam menyembuhkan orang-orang dari masalah mereka. Berne keberatan utama psikoanalisis adalah bahwa sudah waktunya memakan, kompleks, dan kurang dikomunikasikan kepada klien. Secara historis, AT dikembangkan sebagai perpanjangan psikoanalisis dengan konsep dan teknik khusus dirancang untuk kelompok perlakuan. Berne menemukan bahwa dengan menggunakan AT kliennya adalah membuat perubahan signifikan dalam kehidupan mereka. Sebagai teori kepribadian berevolusi, Berne berpisah dengan psikoanalisis untuk mengabdikan diri penuh waktu untuk teori dan praktek AT (Dusay, 1986).
Analisis transaksional ( AT ) adalah psikoterapi transaksional yang dapat digunakan dalam terapi individual, terapi lebih cocok untuk di gunakan dalam terapi kelompok. AT berbeda dengan sebagian besar terapi lain dalam arti ia adalah suatu kontrakyang dibuat oleh klien, yang dengan jelas menyatakan tujuan – tujuan dan arah proses terapi. AT juga berfokus pada putusan – putusan awal yang di buat oleh klien, dan menekankan kemampuan klien untuk membuat putusan – putusan baru. AT menekankan aspek – aspek kognitif – rasional – behavioral dan berorientasi kepada peningkatan kesadran sehingga klien akan mampu membuat putusan – putusan baru dan mengubah cara hidupnya.
Pendekatan ini dikembangkan oleh Eric Berne, berlandaskan suatu teori kepribadian yang berkenaan dengan analisis structural dan transaksional.
3
Teori ini menyajikan suatu kerangka bagi analisis terhadap tiga kedudukan ego yang terpisah : Orang tua, Orang dewasa, dan anak. Sifat kontruktual proses terapeutik AT cenderung mempersamakan kekuasan terapis dan klien. Adalah menjadi tanggung jawab klien untuk menetukan apa yang akan diubahnya. AT berasumsi bahwa orang – orang bisa belajar mempercayai dirinya sendiri. Berpikir dan memutuskan untuk dirinya sendiri, dan mengungkapkan perasan – perasannya.
Analisis transaksional (AT) adalah merupakan teori kepribadian dan sistem yang terorganisir dari terapi interaksional. Hal ini didasarkan pada anggapan bahwa disaat kita membuat keputusan berdasarkan premis premis masa lalu yang pada suatu waktu sesuai dengan kebutuhan kelangsungan hidup kita tetapi yang mungkin tidak lagi berlaku. AT menekankan aspek kognitif dan perilaku dari proses terapeutik.
Pandangan tentang sifat manusia
AT berakar pada suatu filsafat yang antideterministik serta menekankan bahwa manusia sanggup melampaui pengkondisian dan pemograman awal. Di samping itu, AT berpijak pada asumsi – asumsi bahwa orang – orang mampu memilih untuk memutuskan ulang. Hal ini tidak menyiratkan orang – orang terbebas dari pengaruh kekutan – kekuata sosial, juga tidak berarti bahwa orang – orang sampai pada putusan – putusan hidupnya yang penting itu sepenuhnya oleh dirinya sendiri, tetapi berarti bahwa, bagaimanapun, orang – orang di pengaruhi oleh pengharapan – pengharapan dan tuntutan –tuntutan dari orang – orang lain yang berart. Manusia memiliki pilihan – pilihan dan tidak terbelenggu oleh masa lampaunya.
4
Perwakilan – perwakilan Ego
Status Ego adalah serangkaian terkait pikiran, perasaan, dan perilaku di mana bagian dari kepribadian seorang individu dimanifestasikan pada waktu tertentu (Stewart & Joines, 1987). Semua transaksi analis bekerja dengan status-status ego, yang mencakup aspek penting dari kepribadian dan dianggap penting dan karakter pembeda dari AT terapi (Dusay, 1986). Setiap orang memiliki trio dasar Parent, Dewasa, dan Anak (PAC), dan pergeseran terus-menerus individu dari salah satu status yang lain, perilaku mewujudkan ego kongruen dengan keadaan saat ini. Salah satu definisi dari otonomi adalah kemampuan untuk bergerak dengan kelincahan dan niat melalui ego status dan beroperasi dalam satu yang paling sesuai dengan realitas situasi tertentu.
Ego adalah suatu system terapi yang berlandaskan teori kepribadian yang menggunakan tiga pola tingkah laku atau perwakilan ego yang terpisah yaitu : Orang Tua, Orang Dewasa Dan Anak.
5
v Pengawasaan atau prasangka orang tua biasanya diwujudkan dengan peraturan yang berubah – ubah dan keras serta merupakan penghalang, mungkin itu bisa disetujui melalui perjanjian menurut budaya masing – masing orang.
v Pengasuhan dari orang tua biasanya diwujudkan dalam bentuk simpati dan perhatian yang diberikan kepada perorangan / satu orang saja.
Oleh karena itu orang tua biasanya memberikan perhatian yang sangat berlebihan dan ini menghambat atau mendukung pertumbuhan. Posisi ego dari orang tua biasanya juga mempengaruhi ego dari orang dewasa dan anak - anak. Tugaas dari orang tua adalah untuk menghemat energinya dan mengurangi kegelisahan dengan mengambil keputusan yang pasti bagi mereka.
6
Ø Anak –anak yang mampu menyesuaikan, lebih lanjut, dibagi menjadi anak – anak yang bersifat pemberontak. Anak – anak seperti ini biasanya perwujudannya melalui perasaan serta tingkah laku yang disimpulkan berasal dari pengaruh orang tua mereka, seperti : mendongkol, bermasalah, membrontak, menarik diri dari masyarakat dan menghambat.
Ø Sifat alami anak – anak yang diwsujudkan dalam ekspresi yang spontanitas diantaranya kegemaran yang dialami atau kreativitas yang dimiliki. Sifat alami anak – anak sangat berharga untuk membentuk bagian dari perorangan. Sewajarnya fungsi dari kesehatan anak – anak sangat memotivasi dia untuk beranjak dewasa, dan ini mampu diwujudkan dalam kepuasan atau kegembirannya.
Sekenario – sekenario Kehidupan dan Posisi – posisi Psiologis dasar
Sekenario – sekenario kehidupan adalah ajaran – ajaran orang tua yang kita pelajari dan putusan – putusan awal yang dibuat oleh kita sebagai anak, yang selanjutnya di bawa oleh kita sebagai orang dewasa. Kita membuat putusan – putusan dini yang memberikan andil pada pembentukan perasaan sebagai pemenang ( perasaan “OK’’) atau perasaan sebagai orang yang kalah ( perasaan “tidak OK”).
Perintah – perintah orang tua adalah bagian dari sekenario kehidupan kita yang mencangkup “harus”, ”semestinya”, ”lakukan”,” jangan dilakukan”, dan pengharapan – penharapan orang tua. Kita memplajari perintah – perintah itu pada usia dini, dan kita juga membuat putusan – putusan tentang bagaimana kita akan merespons orang lain dan bagaimana kita merasakan harga diri kita.
Berkaitan dengan konsep –konsep sekenario kehidupan, pesan – pesan dan perintah – printah orang tua, dan putusan – putusan dini itu, adalah konsep dalam AT tentang empat posisi dasar dalam hidup:
7
Kebutuhan Manusia akan Blaian
Orang –orang ingin diblai, baik secara fisik maupun secara emosional. Manusia ( juga hewan ) membutuhkan blaian serta, jika kebutuhan akan belaian itu tidak trrpenuhi, cukup bukti yang menunjukan bahwa mereka tidak berkembang secara sehat. AT memberikan perhatian pada bagaimana orang – orang menyusun waktunya dalam usaha memproleh blaian.
Blaian yang positif adalah esensial bagi perkembangan pribadi yang sehat secara psiologis dengan perasan OK.
Blaian yang negative oleh orang tua mengakibatkan terhambat pertumbuhan anak. Belaian – belaian negative mengambil bentuk pesan – pesan ( verbal dan non verbal ) yang merampas kehormatan yang menyebabkan seseorang merasa dikesampingkan dan tak berarti. Belaian negative, yang mengirimkan pesan “ kamu tidak OK”,menyangkut pengecilan, penghinaan, pencemoohan dan keswenang – wenangan dan perlakuan terhadap seorang sebagai objek. Bagaimanapun, bahkan belaian – belaian negative agaknya lebih disukai ketimbang tidak menerima belaian sasma sekali – yaitu diabaikan.
8
2.2 Proses Terapuetik
Analisis Transaksional adalah terpisah dari pendekatan terapeutik paling lain dalam kontrak itu dan putusan. Kontrak, yang dikembangkan oleh klien, dengan jelas menyatakan tujuan dan arah dari proses terapeutik. Klien dalam membangun TA dan arah tujuan mereka dan menjelaskan bagaimana mereka akan berbeda saat mereka menyelesaikan kontrak mereka. Kontraktual aspek dari proses terapi cenderung menyamakan kekuatan terapis dan klien. Ini adalah tanggung jawab klien untuk memutuskan apa yang mereka akan berubah. Untuk mengubah keinginan mereka menjadi kenyataan, klien diperlukan untuk secara aktif mengubah perilaku mereka.
Tujuan – tujuan terapi
Tujuan dasar Analisis transaksional adalah membantu klien dalam membuat putusan – putusan baru yang menyangkut tingkah laukunya sekarang dan arah hidupnya. Sasaranya adalah mendorong klien agar menyadari bahwa kebebasan dirinya dalam memilih telah di batasi oleh putusan – putusandini mengenai posisi hidupnya dan oleh pilihan terhadap cara – cara hidup yang mandul dan deterministik. Inti terapi adalah menggantikan gaya hidup yang ditandai oleh permaianan yang manipulative dan oleh scenario – sekenario hidup yang mengalahkan diri, dengan gaya hidup otonom yang ditandai oleh kesadran, spontanitas dan keakraban.
Haris ( 1967) melihat tujuan AT sebagai membantu individu agar “memiliki kebebasan memilih, kebebasan mengubah keinginan. Kebebasan mengubah respon – respons terhadap stimulus – stimulus yang lazim maupun yang baru. Proses terapeutik pada dasarnya menyertakan pembebasan ego orang dewasa dari pencemaran dan pengaruh – pengaruh merusak yang dihasilkan oleh ego orang tua dan ego anak.
9
Fungsi dan Peran Terapis
Analisis transaksional dirancang untuk memperoleh pemahaman nasional maupun pemahaman intelektual. Akan tetapi, dengan berfokus pada aspek –aspek rasional, peran trapis sebagian besar adalah memberikan perhatian pada masalah-masalah didaktik dan nasional. Haris ( 1967 ) melihat peran terapis sebagai seorang guru, pelatih , dan narasumber dengan penekanan kuat pada keterlibatan. Tugas terapis adalah menggunakannya pengetahuan untuk menunjang klien dalam hubungannya dengan suatu kontrak spesifik yang jelas yang diprakarsai oleh klien.
Tugas terapis pada dasarnya adalah membantu agar klien memperoleh perangkat yang diperlukan bagi perubahan. Terapis mendorong dan mengajari klien agar lebih mempercayai ego orang dewasanya sendiri ketimbang ego orang dewasa terapis dalam putusan – putusan baru.
Pengalaman Klien dalam Terapi
Salah satu prasyarat dasar untuk menjadi klien AT adalah memiliki kesanggupan dan kesediaan untuk memahami dan menerima sesuatu kontrak , terapi. Kontrak treatment berisi suatu pernyataan yang spesifik dan kongkret tentang sasaran – sasaran yang hendak dicapai oleh klien dan criteria untuk menetukan bagaimana dan kapan sasaran – sasaran itu dicapai secara efektif. Ini berarti bahwa terapis tidak akan mencari keterangan dari riwayat hidup klien secara tidak sah. Dengan cara ini klien tahu untuk apa dia datang kepada terapis dan ketia kontrak habis, hubungannya diyakihiri kecuali apabila dibuat suatu kontrak baru. Kontrak menyiratkan bahwa klien adalah agen yang aktif dalam proses terapuetik. sejak permulaan, klien menjelaskan dan menyatakan tujuan – tujuan terapinya sendiri dalam formulir kontrak.
10
Hubungan antara Terapis dan Klien
Analisis Transaksional (AT ) adalah suatu bentuk terapi berdasarkan kontrak. Suatu kontrak dalam AT menyiratkan bahwa seseorang akan berubah. Kontrak haruslah spesifik, ditetapkan secara jelas, dan dinyatakan ringkas. Kontrak menyatakan apa yang akan dilakukan klien, bagaimana klien akan melangkah ke arah tujuan – tujuan yang telah ditetapkannya, dan kapan klien mengetahui saat kontrak habis.
Penekanan pada kontrak – kontrak yang sepesifik adalah salah sumbangan utama AT kepada konseling dan terapi.
11
2.3 Penerapan : Teknik-teknik dan prosedur-prosedur terapeutik
Penerapan pada kelompok
Konsep-konsep dan teknik-teknik Analisis Transaksional cocok terutama untuk situasi-situasi kelompok. AT pada mulanya direncanakan sebagai suatu bentuk treatment kelompok,dan prosedur-prosedur terapeutiknya memberikan hasil dalam setting kelompok. dalam setting kelompok, orang-orang bisa mengamati perubahan orang lain, yang memberikan kepada mereka model-model bagi peningkatan kebebasan memilih. Mereka menjadi paham atas struktur dan fungsi kepribadian mereka sendiri serta belajar bagaimana bertransaksi dengan orang lain. Transaksi-transaksi dalam kelompok memungkinkan para anggota mampu meningkatkan kesadaran, baiktentang dirinya sendiri maupun tentang orang lain. Dan karenanya bisa befokus pada perubahan-perubahan dan putusan-putusan ulang yang akan mereka buat dalam kehidupan mereka.
Harris (1967) sepakat bahwa “treatment atas individu-individu dalam kelompok adalah metode analisis-analisis transaksional”. Ia memandang fase permulaan kelompok AT sebagai suatu proses megajar dan belajar serta meletakkan kepentingannya pada peran didaktik terapis kelompok. Harris membahas beberapa keuntungan yang bisa diperoleh dari pendekatan kelompok. Diantaranya ialah : (1) berbagai cara ego orang tua mewujudkan dirinya dalam transaksi-transaksi bisa diamati, (2) karakteristik-karakteristik ego anak pada masing-masing individudalam kelompok bisa dialami, (3) orang-orang bisa dialami dalam suatu lingkungan yang alamiah, yang dtandai oleh keterlibatan dengan orang-orang lain, (4) konfrontasi permainan-permainan yang timbale balik bisa muncul secara wajar, (5) para klien bergerak dan membaik lebih cepat dalam treatment kelompok. Harris mengemukakan keuntungan yang terakhir : “Dengan membaik saya maksudkan mencapai tujuan-tujuan yang yang dinyatakan dalam kontrak jam pertama. Salah satu diantaranya adalah peredaran gejala dan yang lainnya adalah belajar menggunakan ego orang tua, ego orang dewasa, dan ego anak-anak secara cermat dan efektif.
12
Prosedur-prosedur terapeutik
Dalam praktek AT, teknik-teknik dari berbagai sumber, terutama dari terapi Gestalt, digunakan. Sebenarnya ada prosedur-prosedur yang mengasyikkan dihailkan dari perkawinan antara Analisis Transaksional dan terapi Gestlat. James dan Jongeward (1971) menggabungkan konsep-konsep dan proses-proses AT dengan eksperimen-eksperimen Gestalt, dan dengan pendekatan gabungan itu. Ia mendemonstrasikan peluang yang lebih besar untuk mencapai kesadaran diri dan otonomi.Sebagian besar metode dan proses terapeutik AT ini bisa diterapkan pada terapi individual maupun pada teori kelompok.
Analisis struktual
Analisisi struktual adalah alat yangbisa membantu klien agar menjadi sadar atas isi dan fungsi ego orang tua, ego orang dewasa, ego anaknya. Analisis struktual membantu klien dalam mengubah pola-pola yang dirasakan menghambat.ia juga membantu klien dalam menemukan perwakilan egoyang mana yang menjadi landasan tingkah lakunya. Pencemaran terjadi apabila isi perwakilan ego yang satu bercampur dengan perwakilan ego yang lainnya. Contohnya, ego orang tua dan ego anak, atau kedua-duanya, menembus batas ego orang dewasa dan mencampuri pemikiran dan fungsinya.pencemaran oleh ego orang tua secara khas di manifestasikan melalui gagasan-gagasan dan sikap-sikap prasangka.
Apabila pencemaran ego orang dewasa oleh ego orang tua, atau ego anak, atau oleh kedua-duanya terjadi, “kerja perbatasan” akan muncul sehingga garis batas batas perwakilan-perwakilan ego itu terpulihkan maka orang bisa memahami ego orang tua dan ego anaknya,dan tidak lagi tercemari oleh kedua perwakilan ego-nya itu. Ego orang tua yang konstan menyisihkan ego orang dewasa, dan ego anak bisa ditemukan pada orang yang begitu terikat pada tugas dan berorientasi kepada pekerjaannya. Orang semacan ini bisa bersifat menghakimi, moralis, dan menuntut terhadap orang lain.
13
Analisis Transaksional
Analisis transaksional pada dasarnya adalah suatu penjabaran atas apa yang dilakukan dan dikatakan oleh orang-orang terhadap satu sama lain. Ada tiga tipe transaksi : komplementer, menyilag, dan terselubung. Transaksi-transaksi komplementer terjadi apa bila suatu pesan yang disampaikan oleh suatu perwakilan ego seseorang memperoleh respon yang diperkirakan dari perwakilan ego seseorang yang lainnya.
Transaksi menyilang terjadi apabila respom yang tidak diharapkan diberikan kepada suatu pesan yang disampaikan oleh seseorang. Transaksi terselubung yang merupakan suatu transaksi yang kompleks, terjadi apabila lebih dari satu perwakilan ego terlibat serta seseorang menyampaikan pesan terselubung kepada orang yang lainnya.
Kursi Kosong
“Kursi Kosong” adalah suatu prosedur yang sesuai analisis struktual. Klien diminta untuk membayangkan bahwa seseorang tengah duduk di sebuah kursi di hadapannya dan mengajaknya berdialog. Prosedur ini memberikan kesempatan kepada klien untuk menyatakan pikiran-pikiran, perasaan-perasaan, dan sikap-sikapnya selama dia menjalankanperan-peran perwakilan-perwakilan egonya.
Teknik kursi kosong bisa digunakan oleh orang-orang yang mengalami konflik-konflik internal yang hebat guna memperoleh focus yang lebih tajam dan pegangan yang kongkret bagi upaya pemecahan. McNeel (1976) menguraikan teknik dua-kursi sebagai alat yang efektif untuk membantu klien dalam memecahkan konflik-konflik dengan jalan menuntaskan urusan-urusan yang tak selesai yang berasal dari masa lampau.
McNeel menyajikan pedoman-pedoman untuk mengamati masalah-masalah dalam teknik dua-kursi, dan menganjurkan penggunaan “peninggi-peninggi” untuk memperjelas masalah-masalah yang tersangkut.
14
Permainan Peran
Prosedur-prosedur AT juga bisa digabungkan dengan teknik-teknik psikodrama dan permainan peran. Bentuk-bentuk permainan yang lainnya adalah permainan menonjolkan gaya-gaya yang khas dari ego orang tua yang konstan, ego orang dewasa yang konstan, dan ego anak yang konstan, atau permainan-permainan tertentu agar memungkinkan klien memperoleh umpan balik tentang tingkah laku sekarang dalam kelompok.
Pencontohan Keluarga
Pencontohan keluarga, suatu pendekatan lain untuk bekerja dengan analisis struktual, terutama bagi penanganan orang tua yang konstan, orang dewasa yang konstan, dan anak yang konstan. Diskusi, tindakan, evaluasi selanjutnya bisa mempertinggi kesadaran tentang suatu situasi yang spesifik dan makna-makna pribadi yang berlaku pada klien.
Analisis upacara, hiburan, dan permainan
Analisis transaksi-transaksi mencangkup pengenalan terhadap upacara-upacara (ritual), hiburan-hiburan, dan permainan-permainan yang digunakan dalam menyususn waktu. Penyusunan waktu adalah bahan yang penting bagi diskusi dan pemeriksaan karena ia merefleksikan putusan-putusan tentang bagaimana menjalankan transaksi dengan orang lain dan memperoleh belaian. Orang yang menyususn waktunya terutama dengan upacara-upacara dan hiburan-hiburan boleh jadi mengalami kekurangan belaian dan karenanya dia kekurangan keakraban dalam transaksinya dengan orang lain.
Analisis Permainan dan Ketegangan
Analisis permainan-permainan dan ketegangan-ketegangan adalah suatu aspek yang penting bagi pemahaman sifat transaksi-transaksi dengan orang lain.
15
Berne (1964) menjabarkan permainan sebagai “rangkaian transaksi terselubung komplementer yang terus berlangsung menuju hasil yang didefinisikan dengan baik dan dapat diperkirakan”.
Hasil dari kebanyakan permainan adalah perasaan “tidak enak” yang dialami oleh pemain. Penting bagi terapis untuk mengamati dan memahami mengapa permainan-permainan dimainkan, apa hasil akhir dari permainan-permainan itu, belaian-belaian apa yang diterima, dan bagaimana permainan-permainan itu membuat jarak dan menghambat keakraban.
Penipuan terdiri atas kumpulan berbagai perasaan untuk digunakan sebagai pembenar bagi scenario kehidupan, dan akhirnya putusan-putusan seseorang. Penipuan melibatkan “kumpulan cirri khas” yang nantinya ditukarkan dengan hadiah psikologi. Orang mengumpulkan perasaan-perasaan kuno dengan memanipulasi orang lain untuk membuat dirinya merasa ditolak, marah, tertekan, diabaikan, berdosa, dan sebagainya. Apabila seseorang memanipulasi orang lain untuk mengalami kembali dan mengumpulkan perasaan-perasaan lamanya, dia mengumpulkan perasaan-perasaan tidak enak, dan penipuannya pun terdiri atas kumpulan seperti itu. Penipuan sama pentingnya dengan permainan-permainan dalam memanipulasi orang lain karena penipuan itu merupakan metode utama bagi seseorang untuk menyembunyikan dirinya dari dunia nyata.
Analisis Skenario
Kekurangan otonomi berkaitan dengan keterkaitan individu paa scenario atau rencana hidup yang ditetapkan pada usia dini sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya di dunia sebagaimana terlihat dari titik yang menguntungkan menurut posisi hidupnya. Orang mengalami peristiwa-peristiwa hidup tertentu, menerima dan mempelajari peran-peran tertentu, mengulang-ulang dan menampilkan peran-peran itu sesuai dengan scenario.
16
Pembuatan scenario mula-mula terjadi secara nonverbal pada masa kanak-kanak melalui pesan-pesan dari orang tua. Pembentukan scenario berjalan melalui cara-cara langsung maupun tidak langsung. Analisis scenario adalah bagian dari proses terapeutik yang memungkinkan pola hidup yang diikuti oleh individu bisa dikenali. Analisis scenario membuka alternative-alternatif baru yang menjadikan orang bisa memilih sehingga dia tidak lagi merasa dipaksa memainkan permainan-permainan mengumpulkan perasaan-perasaan untuk membenarkan tindakan tertentu yang dilaksanakan menurut plot scenario.
Holland ((1973) menyatakan bahwa otonomi dan keakraban bisa menggantikan scenario dan permainan-permainan melalui analisis scenario dan permainan : satu-satunya alternative yang menarik bagi kehidupan memainkan permainan dan scenario kehidupan yang mendorong penipuan adalah hidup dalam pola kehidupan otonom yang dipilih sendiri, yang bisa di ubah menjadi pola yang lebih menarik dan suatu waktu, member ganjaran mencangkup kemungkinan menjalin keakraban sejati dengan orang lain.
Goulding dan Goulding (1976) menyatakan bahwa para klien tidaklah “diskenariokan” dan bahwa “perintah-perintah tidak ditempatkan pada kepala orang-orang seperti electrode”. Menurt Goulding dan Goulding, “setiap anak membuat putusan-putusan dalam merespon perintah-perintah yang nyata maupun yang dibayangkan, dan karenaya mereka ‘menskenariokan’ dirinya sendiri.
Melalui penggabungan AT, terapi Gestalt, dan modifikasi tingkah laku, Goulding dan Goulding menemukan bahwa para klien bisa berubah tanpa memerlukan analisis bertahun-tahun. Goulding-Goulding menunjukan, apabila para klien mempersepsi bahwa diri mereka dalah pembuat putusan-putusan tertentu, maka mereka juga akan menggunakan kekuatan mereka sendiri untuk mengubah putusan-putusan dini. Proses pengambilan putusan-putusan ulang didukung oleh penggarapan di sini-dan-sekarang dan dengan menghindari pembicaraan tentang masa lampau.
17
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Analisis transaksional ( AT ) adalah psikoterapi transaksional yang dapat digunakan dalam terapi individual, terapi lebih cocok untuk di gunakan dalam terapi kelompok. AT berbeda dengan sebagian besar terapi lain dalam arti ia adalah suatu kontrak yang dibuat oleh klien, yang dengan jelas menyatakan tujuan – tujuan dan arah proses terapi.
Pada teori Analisis Transaksional Sikap dasar ego yang paling di bicarakan yaitu :
Ø Ego orangtua
Ø Ego orang dewasa
Ø ego anak
1.2 Saran
Sebagai calon konselor nantinya, kita patut mengtahui sejak dini tentang teori – teori konseling, kita pautut mengerti dan memahami teori – teori konseling yang ada. Begitu juga dengan teori Analisis Transaksional dengan tokahnya yaitu Eric Berne merupakan salah satu dari bagian teori konseling yang ada. Agar nantinya juga kita dapat menerapakan teori – teori yang ada pada saat kita sudah menjadi seorang konselor.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
. Sebagai teori kepribadian, TA menggambarkan bagaimana orang-orang yang terstruktur psikologis. Ia menggunakan apa yang mungkin modelnya yang paling terkenal, ego-negara (Parent-Adult-Anak) model untuk melakukan hal ini (kita akan membahas tiga negara ego kemudian dalam makalah ini). Model yang sama membantu menjelaskan bagaimana orang fungsi dan mengekspresikan kepribadian mereka dalam perilaku mereka. Ini adalah teori komunikasi yang dapat diperluas untuk analisis system dan organisasi.
Ia menawarkan teori untuk perkembangan anak, dengan menjelaskan bagaimana kita dewasa pola hidup berasal dari masa kanak-kanak. Penjelasan ini didasarkan pada gagasan tentang “Hidup Script” : asumsi bahwa kami terus strategi masa kanak-kanak kembali bermain, bahkan ketika hasil ini dslsm sakit atau kelelahan.
Dalam aplikasi praktis, dapat digunakan dalam diagnosa dan perawatan berbagai jenis gangguan psikologis, dan menyiapkan sebuah metode terapi untuk perorangan, pasangan, kelompok, dan keluarga. Luar bidang terapi, telah digunakan dalam bidang pendidikan untuk membantu guru tetap berkomunikasi yang jelas pada tingkat yang tepat, dalam konseling dan konsultasi, dalam pelatihan manajemen dan komunikasi dan oleh badan-badan lain.
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimarna konsep – konsep utama dari Teori Konseling Analisis Transaksional ?
2. Bagaimana proses Terapeutik dari Teori Konseling Analisis Transaksional ?
3. Bagaimana Teknik – teknik dan prosedur – prosedur terapeutik dari Teori Konseling Analisis Transaksional ?
1.3 Tujuan Penulisan
1) Agar pembaca dan penulis dapat mengetahui konsep-konsep dari teori analisis transaksional.
2) Agar pembaca dan penulis mengetahui proses terapeutik dari teori konseling analisis transaksional.
3) Agar pembaca dan penulis dapat mengetahui teknik – teknik dan prosedur – prosedur dari teori konseling analisis transaksional
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep – konsep Utama dari Teori Analisis Transaksional
Analisis transaksional (AT ) awalnya dikembangkan oleh almarhum Eric Berne (1961), yang dilatih sebagai psikoanalis Freud dan psikiater. AT berevolusi dari Berne ketidakpuasan dengan lambatnya psikoanalisis dalam menyembuhkan orang-orang dari masalah mereka. Berne keberatan utama psikoanalisis adalah bahwa sudah waktunya memakan, kompleks, dan kurang dikomunikasikan kepada klien. Secara historis, AT dikembangkan sebagai perpanjangan psikoanalisis dengan konsep dan teknik khusus dirancang untuk kelompok perlakuan. Berne menemukan bahwa dengan menggunakan AT kliennya adalah membuat perubahan signifikan dalam kehidupan mereka. Sebagai teori kepribadian berevolusi, Berne berpisah dengan psikoanalisis untuk mengabdikan diri penuh waktu untuk teori dan praktek AT (Dusay, 1986).
Analisis transaksional ( AT ) adalah psikoterapi transaksional yang dapat digunakan dalam terapi individual, terapi lebih cocok untuk di gunakan dalam terapi kelompok. AT berbeda dengan sebagian besar terapi lain dalam arti ia adalah suatu kontrakyang dibuat oleh klien, yang dengan jelas menyatakan tujuan – tujuan dan arah proses terapi. AT juga berfokus pada putusan – putusan awal yang di buat oleh klien, dan menekankan kemampuan klien untuk membuat putusan – putusan baru. AT menekankan aspek – aspek kognitif – rasional – behavioral dan berorientasi kepada peningkatan kesadran sehingga klien akan mampu membuat putusan – putusan baru dan mengubah cara hidupnya.
Pendekatan ini dikembangkan oleh Eric Berne, berlandaskan suatu teori kepribadian yang berkenaan dengan analisis structural dan transaksional.
3
Teori ini menyajikan suatu kerangka bagi analisis terhadap tiga kedudukan ego yang terpisah : Orang tua, Orang dewasa, dan anak. Sifat kontruktual proses terapeutik AT cenderung mempersamakan kekuasan terapis dan klien. Adalah menjadi tanggung jawab klien untuk menetukan apa yang akan diubahnya. AT berasumsi bahwa orang – orang bisa belajar mempercayai dirinya sendiri. Berpikir dan memutuskan untuk dirinya sendiri, dan mengungkapkan perasan – perasannya.
Analisis transaksional (AT) adalah merupakan teori kepribadian dan sistem yang terorganisir dari terapi interaksional. Hal ini didasarkan pada anggapan bahwa disaat kita membuat keputusan berdasarkan premis premis masa lalu yang pada suatu waktu sesuai dengan kebutuhan kelangsungan hidup kita tetapi yang mungkin tidak lagi berlaku. AT menekankan aspek kognitif dan perilaku dari proses terapeutik.
Pandangan tentang sifat manusia
AT berakar pada suatu filsafat yang antideterministik serta menekankan bahwa manusia sanggup melampaui pengkondisian dan pemograman awal. Di samping itu, AT berpijak pada asumsi – asumsi bahwa orang – orang mampu memilih untuk memutuskan ulang. Hal ini tidak menyiratkan orang – orang terbebas dari pengaruh kekutan – kekuata sosial, juga tidak berarti bahwa orang – orang sampai pada putusan – putusan hidupnya yang penting itu sepenuhnya oleh dirinya sendiri, tetapi berarti bahwa, bagaimanapun, orang – orang di pengaruhi oleh pengharapan – pengharapan dan tuntutan –tuntutan dari orang – orang lain yang berart. Manusia memiliki pilihan – pilihan dan tidak terbelenggu oleh masa lampaunya.
4
Perwakilan – perwakilan Ego
Status Ego adalah serangkaian terkait pikiran, perasaan, dan perilaku di mana bagian dari kepribadian seorang individu dimanifestasikan pada waktu tertentu (Stewart & Joines, 1987). Semua transaksi analis bekerja dengan status-status ego, yang mencakup aspek penting dari kepribadian dan dianggap penting dan karakter pembeda dari AT terapi (Dusay, 1986). Setiap orang memiliki trio dasar Parent, Dewasa, dan Anak (PAC), dan pergeseran terus-menerus individu dari salah satu status yang lain, perilaku mewujudkan ego kongruen dengan keadaan saat ini. Salah satu definisi dari otonomi adalah kemampuan untuk bergerak dengan kelincahan dan niat melalui ego status dan beroperasi dalam satu yang paling sesuai dengan realitas situasi tertentu.
Ego adalah suatu system terapi yang berlandaskan teori kepribadian yang menggunakan tiga pola tingkah laku atau perwakilan ego yang terpisah yaitu : Orang Tua, Orang Dewasa Dan Anak.
- Ego Orang Tua
5
v Pengawasaan atau prasangka orang tua biasanya diwujudkan dengan peraturan yang berubah – ubah dan keras serta merupakan penghalang, mungkin itu bisa disetujui melalui perjanjian menurut budaya masing – masing orang.
v Pengasuhan dari orang tua biasanya diwujudkan dalam bentuk simpati dan perhatian yang diberikan kepada perorangan / satu orang saja.
Oleh karena itu orang tua biasanya memberikan perhatian yang sangat berlebihan dan ini menghambat atau mendukung pertumbuhan. Posisi ego dari orang tua biasanya juga mempengaruhi ego dari orang dewasa dan anak - anak. Tugaas dari orang tua adalah untuk menghemat energinya dan mengurangi kegelisahan dengan mengambil keputusan yang pasti bagi mereka.
- Ego Orang Dewasa
- Ego Anak
6
Ø Anak –anak yang mampu menyesuaikan, lebih lanjut, dibagi menjadi anak – anak yang bersifat pemberontak. Anak – anak seperti ini biasanya perwujudannya melalui perasaan serta tingkah laku yang disimpulkan berasal dari pengaruh orang tua mereka, seperti : mendongkol, bermasalah, membrontak, menarik diri dari masyarakat dan menghambat.
Ø Sifat alami anak – anak yang diwsujudkan dalam ekspresi yang spontanitas diantaranya kegemaran yang dialami atau kreativitas yang dimiliki. Sifat alami anak – anak sangat berharga untuk membentuk bagian dari perorangan. Sewajarnya fungsi dari kesehatan anak – anak sangat memotivasi dia untuk beranjak dewasa, dan ini mampu diwujudkan dalam kepuasan atau kegembirannya.
Sekenario – sekenario Kehidupan dan Posisi – posisi Psiologis dasar
Sekenario – sekenario kehidupan adalah ajaran – ajaran orang tua yang kita pelajari dan putusan – putusan awal yang dibuat oleh kita sebagai anak, yang selanjutnya di bawa oleh kita sebagai orang dewasa. Kita membuat putusan – putusan dini yang memberikan andil pada pembentukan perasaan sebagai pemenang ( perasaan “OK’’) atau perasaan sebagai orang yang kalah ( perasaan “tidak OK”).
Perintah – perintah orang tua adalah bagian dari sekenario kehidupan kita yang mencangkup “harus”, ”semestinya”, ”lakukan”,” jangan dilakukan”, dan pengharapan – penharapan orang tua. Kita memplajari perintah – perintah itu pada usia dini, dan kita juga membuat putusan – putusan tentang bagaimana kita akan merespons orang lain dan bagaimana kita merasakan harga diri kita.
Berkaitan dengan konsep –konsep sekenario kehidupan, pesan – pesan dan perintah – printah orang tua, dan putusan – putusan dini itu, adalah konsep dalam AT tentang empat posisi dasar dalam hidup:
7
- Saya Ok – kamu OK
- Saya OK – kamu Tidak OK
- Saya Tidak OK – kamu OK
- Saya Tidak OK – Kamu Tidak OK.
Kebutuhan Manusia akan Blaian
Orang –orang ingin diblai, baik secara fisik maupun secara emosional. Manusia ( juga hewan ) membutuhkan blaian serta, jika kebutuhan akan belaian itu tidak trrpenuhi, cukup bukti yang menunjukan bahwa mereka tidak berkembang secara sehat. AT memberikan perhatian pada bagaimana orang – orang menyusun waktunya dalam usaha memproleh blaian.
Blaian yang positif adalah esensial bagi perkembangan pribadi yang sehat secara psiologis dengan perasan OK.
Blaian yang negative oleh orang tua mengakibatkan terhambat pertumbuhan anak. Belaian – belaian negative mengambil bentuk pesan – pesan ( verbal dan non verbal ) yang merampas kehormatan yang menyebabkan seseorang merasa dikesampingkan dan tak berarti. Belaian negative, yang mengirimkan pesan “ kamu tidak OK”,menyangkut pengecilan, penghinaan, pencemoohan dan keswenang – wenangan dan perlakuan terhadap seorang sebagai objek. Bagaimanapun, bahkan belaian – belaian negative agaknya lebih disukai ketimbang tidak menerima belaian sasma sekali – yaitu diabaikan.
8
2.2 Proses Terapuetik
Analisis Transaksional adalah terpisah dari pendekatan terapeutik paling lain dalam kontrak itu dan putusan. Kontrak, yang dikembangkan oleh klien, dengan jelas menyatakan tujuan dan arah dari proses terapeutik. Klien dalam membangun TA dan arah tujuan mereka dan menjelaskan bagaimana mereka akan berbeda saat mereka menyelesaikan kontrak mereka. Kontraktual aspek dari proses terapi cenderung menyamakan kekuatan terapis dan klien. Ini adalah tanggung jawab klien untuk memutuskan apa yang mereka akan berubah. Untuk mengubah keinginan mereka menjadi kenyataan, klien diperlukan untuk secara aktif mengubah perilaku mereka.
Tujuan – tujuan terapi
Tujuan dasar Analisis transaksional adalah membantu klien dalam membuat putusan – putusan baru yang menyangkut tingkah laukunya sekarang dan arah hidupnya. Sasaranya adalah mendorong klien agar menyadari bahwa kebebasan dirinya dalam memilih telah di batasi oleh putusan – putusandini mengenai posisi hidupnya dan oleh pilihan terhadap cara – cara hidup yang mandul dan deterministik. Inti terapi adalah menggantikan gaya hidup yang ditandai oleh permaianan yang manipulative dan oleh scenario – sekenario hidup yang mengalahkan diri, dengan gaya hidup otonom yang ditandai oleh kesadran, spontanitas dan keakraban.
Haris ( 1967) melihat tujuan AT sebagai membantu individu agar “memiliki kebebasan memilih, kebebasan mengubah keinginan. Kebebasan mengubah respon – respons terhadap stimulus – stimulus yang lazim maupun yang baru. Proses terapeutik pada dasarnya menyertakan pembebasan ego orang dewasa dari pencemaran dan pengaruh – pengaruh merusak yang dihasilkan oleh ego orang tua dan ego anak.
9
Fungsi dan Peran Terapis
Analisis transaksional dirancang untuk memperoleh pemahaman nasional maupun pemahaman intelektual. Akan tetapi, dengan berfokus pada aspek –aspek rasional, peran trapis sebagian besar adalah memberikan perhatian pada masalah-masalah didaktik dan nasional. Haris ( 1967 ) melihat peran terapis sebagai seorang guru, pelatih , dan narasumber dengan penekanan kuat pada keterlibatan. Tugas terapis adalah menggunakannya pengetahuan untuk menunjang klien dalam hubungannya dengan suatu kontrak spesifik yang jelas yang diprakarsai oleh klien.
Tugas terapis pada dasarnya adalah membantu agar klien memperoleh perangkat yang diperlukan bagi perubahan. Terapis mendorong dan mengajari klien agar lebih mempercayai ego orang dewasanya sendiri ketimbang ego orang dewasa terapis dalam putusan – putusan baru.
Pengalaman Klien dalam Terapi
Salah satu prasyarat dasar untuk menjadi klien AT adalah memiliki kesanggupan dan kesediaan untuk memahami dan menerima sesuatu kontrak , terapi. Kontrak treatment berisi suatu pernyataan yang spesifik dan kongkret tentang sasaran – sasaran yang hendak dicapai oleh klien dan criteria untuk menetukan bagaimana dan kapan sasaran – sasaran itu dicapai secara efektif. Ini berarti bahwa terapis tidak akan mencari keterangan dari riwayat hidup klien secara tidak sah. Dengan cara ini klien tahu untuk apa dia datang kepada terapis dan ketia kontrak habis, hubungannya diyakihiri kecuali apabila dibuat suatu kontrak baru. Kontrak menyiratkan bahwa klien adalah agen yang aktif dalam proses terapuetik. sejak permulaan, klien menjelaskan dan menyatakan tujuan – tujuan terapinya sendiri dalam formulir kontrak.
10
Hubungan antara Terapis dan Klien
Analisis Transaksional (AT ) adalah suatu bentuk terapi berdasarkan kontrak. Suatu kontrak dalam AT menyiratkan bahwa seseorang akan berubah. Kontrak haruslah spesifik, ditetapkan secara jelas, dan dinyatakan ringkas. Kontrak menyatakan apa yang akan dilakukan klien, bagaimana klien akan melangkah ke arah tujuan – tujuan yang telah ditetapkannya, dan kapan klien mengetahui saat kontrak habis.
Penekanan pada kontrak – kontrak yang sepesifik adalah salah sumbangan utama AT kepada konseling dan terapi.
11
2.3 Penerapan : Teknik-teknik dan prosedur-prosedur terapeutik
Penerapan pada kelompok
Konsep-konsep dan teknik-teknik Analisis Transaksional cocok terutama untuk situasi-situasi kelompok. AT pada mulanya direncanakan sebagai suatu bentuk treatment kelompok,dan prosedur-prosedur terapeutiknya memberikan hasil dalam setting kelompok. dalam setting kelompok, orang-orang bisa mengamati perubahan orang lain, yang memberikan kepada mereka model-model bagi peningkatan kebebasan memilih. Mereka menjadi paham atas struktur dan fungsi kepribadian mereka sendiri serta belajar bagaimana bertransaksi dengan orang lain. Transaksi-transaksi dalam kelompok memungkinkan para anggota mampu meningkatkan kesadaran, baiktentang dirinya sendiri maupun tentang orang lain. Dan karenanya bisa befokus pada perubahan-perubahan dan putusan-putusan ulang yang akan mereka buat dalam kehidupan mereka.
Harris (1967) sepakat bahwa “treatment atas individu-individu dalam kelompok adalah metode analisis-analisis transaksional”. Ia memandang fase permulaan kelompok AT sebagai suatu proses megajar dan belajar serta meletakkan kepentingannya pada peran didaktik terapis kelompok. Harris membahas beberapa keuntungan yang bisa diperoleh dari pendekatan kelompok. Diantaranya ialah : (1) berbagai cara ego orang tua mewujudkan dirinya dalam transaksi-transaksi bisa diamati, (2) karakteristik-karakteristik ego anak pada masing-masing individudalam kelompok bisa dialami, (3) orang-orang bisa dialami dalam suatu lingkungan yang alamiah, yang dtandai oleh keterlibatan dengan orang-orang lain, (4) konfrontasi permainan-permainan yang timbale balik bisa muncul secara wajar, (5) para klien bergerak dan membaik lebih cepat dalam treatment kelompok. Harris mengemukakan keuntungan yang terakhir : “Dengan membaik saya maksudkan mencapai tujuan-tujuan yang yang dinyatakan dalam kontrak jam pertama. Salah satu diantaranya adalah peredaran gejala dan yang lainnya adalah belajar menggunakan ego orang tua, ego orang dewasa, dan ego anak-anak secara cermat dan efektif.
12
Prosedur-prosedur terapeutik
Dalam praktek AT, teknik-teknik dari berbagai sumber, terutama dari terapi Gestalt, digunakan. Sebenarnya ada prosedur-prosedur yang mengasyikkan dihailkan dari perkawinan antara Analisis Transaksional dan terapi Gestlat. James dan Jongeward (1971) menggabungkan konsep-konsep dan proses-proses AT dengan eksperimen-eksperimen Gestalt, dan dengan pendekatan gabungan itu. Ia mendemonstrasikan peluang yang lebih besar untuk mencapai kesadaran diri dan otonomi.Sebagian besar metode dan proses terapeutik AT ini bisa diterapkan pada terapi individual maupun pada teori kelompok.
Analisis struktual
Analisisi struktual adalah alat yangbisa membantu klien agar menjadi sadar atas isi dan fungsi ego orang tua, ego orang dewasa, ego anaknya. Analisis struktual membantu klien dalam mengubah pola-pola yang dirasakan menghambat.ia juga membantu klien dalam menemukan perwakilan egoyang mana yang menjadi landasan tingkah lakunya. Pencemaran terjadi apabila isi perwakilan ego yang satu bercampur dengan perwakilan ego yang lainnya. Contohnya, ego orang tua dan ego anak, atau kedua-duanya, menembus batas ego orang dewasa dan mencampuri pemikiran dan fungsinya.pencemaran oleh ego orang tua secara khas di manifestasikan melalui gagasan-gagasan dan sikap-sikap prasangka.
Apabila pencemaran ego orang dewasa oleh ego orang tua, atau ego anak, atau oleh kedua-duanya terjadi, “kerja perbatasan” akan muncul sehingga garis batas batas perwakilan-perwakilan ego itu terpulihkan maka orang bisa memahami ego orang tua dan ego anaknya,dan tidak lagi tercemari oleh kedua perwakilan ego-nya itu. Ego orang tua yang konstan menyisihkan ego orang dewasa, dan ego anak bisa ditemukan pada orang yang begitu terikat pada tugas dan berorientasi kepada pekerjaannya. Orang semacan ini bisa bersifat menghakimi, moralis, dan menuntut terhadap orang lain.
13
Analisis Transaksional
Analisis transaksional pada dasarnya adalah suatu penjabaran atas apa yang dilakukan dan dikatakan oleh orang-orang terhadap satu sama lain. Ada tiga tipe transaksi : komplementer, menyilag, dan terselubung. Transaksi-transaksi komplementer terjadi apa bila suatu pesan yang disampaikan oleh suatu perwakilan ego seseorang memperoleh respon yang diperkirakan dari perwakilan ego seseorang yang lainnya.
Transaksi menyilang terjadi apabila respom yang tidak diharapkan diberikan kepada suatu pesan yang disampaikan oleh seseorang. Transaksi terselubung yang merupakan suatu transaksi yang kompleks, terjadi apabila lebih dari satu perwakilan ego terlibat serta seseorang menyampaikan pesan terselubung kepada orang yang lainnya.
Kursi Kosong
“Kursi Kosong” adalah suatu prosedur yang sesuai analisis struktual. Klien diminta untuk membayangkan bahwa seseorang tengah duduk di sebuah kursi di hadapannya dan mengajaknya berdialog. Prosedur ini memberikan kesempatan kepada klien untuk menyatakan pikiran-pikiran, perasaan-perasaan, dan sikap-sikapnya selama dia menjalankanperan-peran perwakilan-perwakilan egonya.
Teknik kursi kosong bisa digunakan oleh orang-orang yang mengalami konflik-konflik internal yang hebat guna memperoleh focus yang lebih tajam dan pegangan yang kongkret bagi upaya pemecahan. McNeel (1976) menguraikan teknik dua-kursi sebagai alat yang efektif untuk membantu klien dalam memecahkan konflik-konflik dengan jalan menuntaskan urusan-urusan yang tak selesai yang berasal dari masa lampau.
McNeel menyajikan pedoman-pedoman untuk mengamati masalah-masalah dalam teknik dua-kursi, dan menganjurkan penggunaan “peninggi-peninggi” untuk memperjelas masalah-masalah yang tersangkut.
14
Permainan Peran
Prosedur-prosedur AT juga bisa digabungkan dengan teknik-teknik psikodrama dan permainan peran. Bentuk-bentuk permainan yang lainnya adalah permainan menonjolkan gaya-gaya yang khas dari ego orang tua yang konstan, ego orang dewasa yang konstan, dan ego anak yang konstan, atau permainan-permainan tertentu agar memungkinkan klien memperoleh umpan balik tentang tingkah laku sekarang dalam kelompok.
Pencontohan Keluarga
Pencontohan keluarga, suatu pendekatan lain untuk bekerja dengan analisis struktual, terutama bagi penanganan orang tua yang konstan, orang dewasa yang konstan, dan anak yang konstan. Diskusi, tindakan, evaluasi selanjutnya bisa mempertinggi kesadaran tentang suatu situasi yang spesifik dan makna-makna pribadi yang berlaku pada klien.
Analisis upacara, hiburan, dan permainan
Analisis transaksi-transaksi mencangkup pengenalan terhadap upacara-upacara (ritual), hiburan-hiburan, dan permainan-permainan yang digunakan dalam menyususn waktu. Penyusunan waktu adalah bahan yang penting bagi diskusi dan pemeriksaan karena ia merefleksikan putusan-putusan tentang bagaimana menjalankan transaksi dengan orang lain dan memperoleh belaian. Orang yang menyususn waktunya terutama dengan upacara-upacara dan hiburan-hiburan boleh jadi mengalami kekurangan belaian dan karenanya dia kekurangan keakraban dalam transaksinya dengan orang lain.
Analisis Permainan dan Ketegangan
Analisis permainan-permainan dan ketegangan-ketegangan adalah suatu aspek yang penting bagi pemahaman sifat transaksi-transaksi dengan orang lain.
15
Berne (1964) menjabarkan permainan sebagai “rangkaian transaksi terselubung komplementer yang terus berlangsung menuju hasil yang didefinisikan dengan baik dan dapat diperkirakan”.
Hasil dari kebanyakan permainan adalah perasaan “tidak enak” yang dialami oleh pemain. Penting bagi terapis untuk mengamati dan memahami mengapa permainan-permainan dimainkan, apa hasil akhir dari permainan-permainan itu, belaian-belaian apa yang diterima, dan bagaimana permainan-permainan itu membuat jarak dan menghambat keakraban.
Penipuan terdiri atas kumpulan berbagai perasaan untuk digunakan sebagai pembenar bagi scenario kehidupan, dan akhirnya putusan-putusan seseorang. Penipuan melibatkan “kumpulan cirri khas” yang nantinya ditukarkan dengan hadiah psikologi. Orang mengumpulkan perasaan-perasaan kuno dengan memanipulasi orang lain untuk membuat dirinya merasa ditolak, marah, tertekan, diabaikan, berdosa, dan sebagainya. Apabila seseorang memanipulasi orang lain untuk mengalami kembali dan mengumpulkan perasaan-perasaan lamanya, dia mengumpulkan perasaan-perasaan tidak enak, dan penipuannya pun terdiri atas kumpulan seperti itu. Penipuan sama pentingnya dengan permainan-permainan dalam memanipulasi orang lain karena penipuan itu merupakan metode utama bagi seseorang untuk menyembunyikan dirinya dari dunia nyata.
Analisis Skenario
Kekurangan otonomi berkaitan dengan keterkaitan individu paa scenario atau rencana hidup yang ditetapkan pada usia dini sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya di dunia sebagaimana terlihat dari titik yang menguntungkan menurut posisi hidupnya. Orang mengalami peristiwa-peristiwa hidup tertentu, menerima dan mempelajari peran-peran tertentu, mengulang-ulang dan menampilkan peran-peran itu sesuai dengan scenario.
16
Pembuatan scenario mula-mula terjadi secara nonverbal pada masa kanak-kanak melalui pesan-pesan dari orang tua. Pembentukan scenario berjalan melalui cara-cara langsung maupun tidak langsung. Analisis scenario adalah bagian dari proses terapeutik yang memungkinkan pola hidup yang diikuti oleh individu bisa dikenali. Analisis scenario membuka alternative-alternatif baru yang menjadikan orang bisa memilih sehingga dia tidak lagi merasa dipaksa memainkan permainan-permainan mengumpulkan perasaan-perasaan untuk membenarkan tindakan tertentu yang dilaksanakan menurut plot scenario.
Holland ((1973) menyatakan bahwa otonomi dan keakraban bisa menggantikan scenario dan permainan-permainan melalui analisis scenario dan permainan : satu-satunya alternative yang menarik bagi kehidupan memainkan permainan dan scenario kehidupan yang mendorong penipuan adalah hidup dalam pola kehidupan otonom yang dipilih sendiri, yang bisa di ubah menjadi pola yang lebih menarik dan suatu waktu, member ganjaran mencangkup kemungkinan menjalin keakraban sejati dengan orang lain.
Goulding dan Goulding (1976) menyatakan bahwa para klien tidaklah “diskenariokan” dan bahwa “perintah-perintah tidak ditempatkan pada kepala orang-orang seperti electrode”. Menurt Goulding dan Goulding, “setiap anak membuat putusan-putusan dalam merespon perintah-perintah yang nyata maupun yang dibayangkan, dan karenaya mereka ‘menskenariokan’ dirinya sendiri.
Melalui penggabungan AT, terapi Gestalt, dan modifikasi tingkah laku, Goulding dan Goulding menemukan bahwa para klien bisa berubah tanpa memerlukan analisis bertahun-tahun. Goulding-Goulding menunjukan, apabila para klien mempersepsi bahwa diri mereka dalah pembuat putusan-putusan tertentu, maka mereka juga akan menggunakan kekuatan mereka sendiri untuk mengubah putusan-putusan dini. Proses pengambilan putusan-putusan ulang didukung oleh penggarapan di sini-dan-sekarang dan dengan menghindari pembicaraan tentang masa lampau.
17
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Analisis transaksional ( AT ) adalah psikoterapi transaksional yang dapat digunakan dalam terapi individual, terapi lebih cocok untuk di gunakan dalam terapi kelompok. AT berbeda dengan sebagian besar terapi lain dalam arti ia adalah suatu kontrak yang dibuat oleh klien, yang dengan jelas menyatakan tujuan – tujuan dan arah proses terapi.
Pada teori Analisis Transaksional Sikap dasar ego yang paling di bicarakan yaitu :
Ø Ego orangtua
Ø Ego orang dewasa
Ø ego anak
1.2 Saran
Sebagai calon konselor nantinya, kita patut mengtahui sejak dini tentang teori – teori konseling, kita pautut mengerti dan memahami teori – teori konseling yang ada. Begitu juga dengan teori Analisis Transaksional dengan tokahnya yaitu Eric Berne merupakan salah satu dari bagian teori konseling yang ada. Agar nantinya juga kita dapat menerapakan teori – teori yang ada pada saat kita sudah menjadi seorang konselor.